Ciptakan Suasana Kondusif Menjelang 1 Desember Di Papua



Papua, Jelang 1 Desember aparat keamanan baik TNI maupun Polri mulai menyiapkan diri dalam pengamanan ini dapat terlihat dari persiapan beberapa hari sebelum bulan November menjelang Desember. karena 1 Desember merupakan hari besar bagi kelompok Gerakan Sparatis baik Politik maupun Bersenjata yang seringkali diperingati baik dari kelompok-kelompok faksi militernya maupun dari kelompok-kelompok faksi politiknya.

Kejadian menjelang jelang maupun sesudah 1 Desember biasa dimanfaatkan bagi para kelompok sparatis menggelar aksi semacam pengibaran bendera bintang kejora, aksi unjuk rasa atau bahkan penyerangan oleh kelompok-kelompok dari faksi militer OPM bisa saja terjadi itu semua merupakan rutinitas setiap tahunnya yang merupakan ancaman bagi masyarakat Papua maupun bangsa indonesia yang menjadi perhatian khusus bagi aparat keamaan menjaga agar tetap kondusif menjadikan Papua sebagai tanah damai.

Oleh karenanya untuk menjadikan Papua tanah damai perlu adanya dukungan dari semua pihak, bukan hanya aparat keamanan saja.

Dapat diprediksi ancaman yang terjadi jelang 1 Desember masih akan kembali terulang dan terjadi. Terlebih telah dibebaskannya para tahanan kasus makar seperti Filip Karma yang telah keluar dari jeruji penjara lapas Abe Pura. Yang sampai keluar penjara pun belum mengakui kesalahannya bahkan mengancam akan tetap mempertahankan ideologinya yang tetap mendirikan negara federal. Ini merupakan ancam terhadap keutuhan negara kesatuan republik indonesia. Bahkan tak segan-segan memprovokasi masa pendukungnya yang biasa tergabung dalam organisasi Komite Nasional Papua Barat (KNPB) melakukan tindakan-tindakan anarkis jelang 1 Desember yang mereka klaim sebagai hari besar bagi kelompok-kelompok sparatis.

Terkait pernyataan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian  jelang 1 Desember menyatakan jika memang benar ada kelompok bersenjata yang kemudian berani mengibarkan bendera itu, maka akan dihadapi oleh TNI dengan bersenjata.

Sedangkan menurut  Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menurutnya bisa memprediksi tapi tidak bisa memastikan mana saja daerah rawan tersebut. Namun yang jelas, pihaknya sudah menginstruksikan kepada seluruh jajaran untuk menangkap orang yang mengibarkan bendera Bintang Kejora dan akan dikenai pasal makar.
 
Kita tidak bilang mereka itu separatis, tetapi mereka adalah kelompok kriminal bersenjata. Jadi itu saja. Tidak boleh ada pengibaran bendera Bintang Kejora. Mereka yang mengibarkan itu berarti makar. Makar itu dilarang oleh undang-undang dengan ancaman hukuman 10 tahun ke atas

0 komentar:

Dinas kesehatan di bantu TNI melakukan pengobatan di wilayah Nduga






Sumber foto : sulpaonline.com



Bantuan Pemerintah terhadap wabah penyakit yang dialami 41 anak berusia di bawah 7 tahun meninggal dunia sepanjang November di Distrik Mbuwa, Kabupaten Nduga, Papua. Pemerintah pusat melalui Dinas kesehatan setempat telah mengirimkan tim medis bantuan dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, untuk menolong pengobatan anak-anak yang telah diserang wabah penyakit.

Tim yang di turunkan kelokasi merupakan Petugas analis Puskesmas Kota Wamena yang ikut serta ke Distrik Mbuwa, Yan Hubi, menyebutkan saat ini pihaknya sedang memeriksa sampel darah dari anak-anak yang meninggal dunia. Dugaan sementara, kematian anak-anak itu diduga akibat wabah malaria.
Dipapua sendiri wabah penyakit malaria masih menduduki peringkat teratas dibandingkan dengan provinsi lainnya di indonesia. Begitu lebatnya hutan subtropis yang merupakan sarang perkembangbiakan Malaria.

Pasalnya, gejala yang diderita para korban mirip dengan penderita malaria. Mereka mengalami flu, demam panas tinggi, dan buang air besar terus-menerus.

Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pemerintah setempat masih menyiagakan sejumlah petugas medis dan bantuan dari unit kesehatan TNI yang melaksanakan satgas diwilayah Nduga di Distrik Mbuwa.

Sampai hari ini, masih ada Dokter Susan dan beberapa petugas medis yang berada di Distrik Mbuwa untuk mengobati masyarakat.

Selain anak-anak, sebagian besar hewan ternak milik warga juga alami mati mendadak. Kepala Distrik Mbuwa Erias Gwijangge menyebutkan kematian hewan ternak itu terjadi sebelum kematian anak-anak itu.

Kematian hewan ternak, seperti babi dan ayam, terjadi sebelum adanya kematian anak-anak. Kami tidak tahu apakah ada kaitannya dengan kematian anak-anak ini.
Sebelumnya, wabah malaria pernah menyerang warga setempat pada 1998 lalu saat kemarau panjang terjadi di wilayah Nduga, Pegunungan Tengah Papua. Ratusan orang meninggal dunia saat wabah menyerang.

Kemarau juga dialami warga di Kabupaten Nduga selama beberapa bulan terakhir hingga menyebabkan sejumlah kebakaran lahan di daerah itu. Hujan baru turun pada November ini tetapi disertai kematian mendadak pada hewan ternak dan anak-anak.
Kabupaten Nduga merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya yang diresmikan menjadi kabupaten definitif pada 21 Juni 2008. Kabupaten Nduga terbagi atas 8 distrik dengan populasi penduduk 97.274 jiwa memiliki luas 2.168 kilometer persegi. Kabupaten Nduga berada di bawah Puncak Trikora di atas ketinggian 1500-2000 meter dpl dengan suhu berkisar 14,5 - 24,5 derajat Celcius.

0 komentar: