Pidato PM Vanuatu Di PBB Terkesan Asal-Asalan Dan Dipolitisir
Jayapura
(10/3) – Beberapa hari lalu (Selasa 4/3) PM (Perdana Menteri) negara
Vanuatu, Moana Carcasses Kalosil berpidato di hadapan sidang HAM (Hak Asasi
Manusia) PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) ke-25 di Jenewa.
Dalam Pidatonya PM Vanuatu
menyampaikan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap situasi yang dialami oleh
rakyat melanesia di Papua. Dalam kesempatan itu Kalosil juga mempertanyakan
komitmen dalam sidang HAM PBB yang menurutnya dari tahun ke tahun PBB seakan-akan
buta terhadap masalah yang di alami oleh ras Melanesia yang ada di Papua.
Kalosil juga menegaskan bahwa pemerintahnya berkomitmen untuk memperjuangkan
hak-hak dasar bangsa Papua.
Pernyataan Kalosil selaku
Perdana Menteri yang notabenenya tidak pernah melihat secara langsung bagaimana
pesatnya perkembangan dan kemajuan di Papua sangatlah berbanding terbalik
dengan apa yang dinyatakan oleh beberapa pejabat dari negara Melanesia lain yang
pernah berkunjung ke Papua dan melihat sendiri bagaimana situasi di Papua sesungguhnya
seperti :
- PM Kepulauan Solomon Gordon Darcy pada Agustus 2013, Beliau mengatakan “Saya cukup terkesan dengan kemajuan yang terjadi di Papua. Seperti yang anda ketahui saya diberi kesempatan, kehormatan untuk mengunjungi Papua," katanya, saat menjawab pertanyaan wartawan di Istana Bogor (http://www.antaranews.com/berita/390267/pm-kepulauan-solomon-terkesan-kemajuan-papua).
- Walikota Vanimo (PNG) Mr. Jerry Kina juga mengapresiasi kemajuan pembangunan di Papua yang sangat pesat ini, karena hal ini akan berpengaruh juga terhadap warga PNG yang berada di perbatasan PNG-RI. Sekarang ini banyak sekali warga PNG menyeberang ke wilayah RI untuk melakukan belanja barang khususnya sembako, karena di Papua ini harga barang lebih murah dibanding dengan PNG. Hal tersebut amat sangat membantu masyarakatnya sehingga dengan pesatnya pembangunan di Papua ini maka kesejahteraan masyarakat juga meningkat.(http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/berita/walikota-vanimo-png-mr-jerry-kina-mengapresiasikan-pesatnya-pembangunan-di-papua-dan-papua-barat/
Negara vanuatu adalah negara
kepulauan yang terdiri lebih dari 80 pulau tropis dan memiliki penduduk asli
dari ras Melanesia, "Vanuatu" sendiri berarti "Tanah Kami” yang
berdiri setelah mendapat kemerdekaan dari Inggris dan Perancis pada tahun 1980.
Sedangkan Perdana Menterinya yang bernama Moana Carcasses Kalosil ini adalah
seorang Politikus Vanuatu yang berkebangsaan Perancis, dia adalah warga
Naturalisasi pertama yang menjadi Perdana Menteri di negara itu (sumber : Wikipedia).
Jika dilihat Pidato dari PM
Vanuatu di sidang HAM PBB ini sangatlah terkesan asal-asalan dan mengandung
unsur politis yang terselubung. Mengapa demikian ?, dalam pidatonya Kalosil meng-klaim bahwa
Pemerintah Indonesia tidak menjunjung tinggi hak-hak dasar ras melanesia di
Papua, Padahal Kalosil tidak mengetahui bahwa Pemerintah Indonesia menerapkan
Otonomi Khusus bagi Papua yang mewajibkan unsur kepala daerah di Papua
merupakan Asli Ras Melanesia/orang asli Papua. Ini sangat berbeda dengan
Kalosil yang berkebangsaan Perancis dengan kedudukannya sebagai PM negara
Vanuatu yang berada dalam tanah milik ras Melanesia.
Apabila Kalosil berbicara
tentang hak-hak ras Melanesia, mengapa Kalosil tidak membahas tentang suku
Aborigin (Suku Asli Australia) yang juga termasuk dalam ras Melanesia.
Seharusnya Kalosil berpikir dalam hal ini :
- Adakah orang asli Aborigin yang mempunyai kedudukan dalam pemerintahan di Australia yang sama dengan nasib orang asli Papua yang menjadi pucuk pimpinan di Papua?
- Inggris di klaim oleh dunia yang pernah melakukan Kejahatan Genosida terhadap suku asli Australia (Aborigin) pada tahun 1788 (http://www.anneahira.com/kejahatan-genosida.htm).
- Berapakah jumlah ras Melanesia termasuk suku Aborigin di Australia saat ini ?
Jika Kalosil benar-benar
ingin membela hak-hak ras Melanesia di mata dunia dalam hal ini PBB, seharusnya
pula Kalosil tidak buta dengan keadaan nasib ras Melanesia (Aborigin) di
Australia. Kalosil juga tidak perlu takut dengan sejarah Vanuatu yang dulunya
di jajah oleh Inggris yang merupakan “Ratu” dari Australia. Atau apakah Kalosil
tergiur dengan sumber daya alam yang dimiliki Papua (seperti Australia &
Amerika), hanya Kalosil beserta antek-anteknyalah yang mengetahui hal ini. (AG)
0 komentar: