Potensi kecurangan dalam Pilkada di wilayah Papua
Potensi
kecurangan dalam Pilkada di wilayah Papua akan tetap terjadi. Menurut Koalisi Kawal Pilkada mencatat
hampir seluruh persiapan Pilkada
di Papua menuai masalah. Menurut pengamatan anggota
Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Pemilu) yang termasuk koalisi itu,
Heroik Pratama, pihaknya menemukan sejumlah potensi kecurangan pelaksanaan Pilkada.
Sebagai
contoh di wilayah Waropen,
ditemukan beberapa pelanggaran penyebaran alat peraga kampanye. Sementara terindikasi ada oknum PNS yang menjadi tim sukses bagi salah satu kandidat dalam
mencari dukungan dari simpatisan
sebanyak-banyaknya pada saat ajang
kampanye berlangsung. Kami melihat belum ada penyelesaian serius terkait dengan keterlibatan PNS yang ikut bermain menjadi
tim sukses salah satu kandidat selama ini.
Timbulnya
kecurigaan di wilayah Nabire terindikasi makin meningkatnya prosentase mobilisasi
pemilih dari masing-masing ketiga wilayah tetangga saat pemungutan suara
berlangsung, meliputi daerah-daerah seperti Paniai, Dogiyai, dan Deiyai. Hal
ini terungkap lewat fenomena pembuatan KTP besar-besaran di Nabire selama
proses pendaftaran pemilih.
http://www.jpnn.com/read/2015/12/06/343033/Mencurigakan!-Jelang-Pilkada-di-Papua,-Pembuatan-KTP-Melonjak-
Jika
dilihat dari pengalaman sebelumnya, Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres)
2014 di Nabire tercatat berjumlah 141.000 pemilih. Jelang pilkada 2015 ini,
terjadi lonjakan yang signifikan jumlahnya menjadi 186.000 pemilih. Jumlah yang
bertambah secara signifikan ini yang kemudian menimbulkan kecurigaan.
Jadi
kalau kita amati ada selisih 45.000 pemilih dalam rentang waktu selama 17 bulan.
Sementara itu, di wilayah Mamberamo Raya juga disinyalir ada DPT bermasalah.
Pada pemilu tahun lalu DPT di wilayah itu sebanyak 21.000 pemilih. Jumlah ini
membengkak pada 2015 menjadi 24.000 pemilih.
Berbagai
temuan di atas mengarah pada tingkat kerawanan dan kecurangan dalam pelaksanaan
Pilkada di wilayah
Papua. Karena itu sekecil apa pun masalahnya, harusnya segera diselesaikan
sehingga tidak menimbulkan konflik.
Kapolri
Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, Polri
sudah melakukan back-up terhadap daerah rawan pada pelaksanaan Pilkada
serentak. Sejak Senin (30/12) lalu, Kapolri menyebut sudah ada anggota Polri khusus untuk memback-up telah
diterjunkan. "Memang ada beberapa daerah yang perlu diwaspadai," ujar
Badrodin, di Parkir Timur Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Ahad (6/12).
"Kalau
permasalahan kecil sudah bisa dilakukan penanganan dengan segera," kata Badrodin
di Jakarta, Minggu (6/12).
Badrodin
tak menampik ada sejumlah daerah yang rawan konflik. Dia menyebutkan antara
lain, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Kalimantan
Tengah, Jawa Timur, Jambi, Sumatera Utara. "Ada beberapa yang
diwaspadai," tegas dia.
http://www.pontianakpost.com/pilkada-serentak-siap-99-persen
Komisi
Pemilihan Umum merampungkan persiapan pemilihan kepala daerah serentak di 9 Provinsi, 224 kabupaten, 36 kota, pada 9
Desember 2015. Perhelatan pesta Demokrasi
terbesar sepanjang Republik
ini berdiri tersebut sudah 99 persen siap.
"KPU
pada 269 daerah tersebut sampai saat ini secara kumulatif telah siap 99 persen
melaksanakan Pilkada
serentak," ungkap Ketua KPU Husni Kamil Manik saat rapat koordinasi akhir
persiapan Pilkada
serentak, Minggu (6/12) di Jakarta.
Indikator
kesiapan itu, antara lain, dari seluruh badan penyelenggara terutama kelompok
panitia pemungutan suara telah terbentuk di 269 daerah.
Pengiriman
logistik diprioritaskan berdasarkan wilayah yang sulit dan terjauh. Dia pun
mengatakan, kondisi cuaca menjelang Desember menjadi perhatian KPU untuk
pengiriman logistik. "Karenanya koordinasi dengan TNI, Polri dan
pemerintah daerah secara intens terus dilakukan dengan
proses Pilkada tahun 2015 ini yang sudah mulai ramai dan gencar beredar di
tengah masyarakat.
Bahwa
untuk tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran dan kecurangan-kecurangan yang
diduga dilakukan oleh Penyelenggara Pilkada (KPUD, PPK, PPS, KPPS) maupun oleh
Tim Sukses Para Pasangan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta
simpatisannya,
maka dipandang perlu peranan untuk mengawal jalannya proses pilkada yang jujur
dan adil.
Perlu
kiranya Akuntabilitas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, baik Administratif, Yuridis, Politis dan
terutama Moral disampaikan langsung kepada Masyarakat mengingat Masyarakat
mempunyai andil dalam menentukan Pemimpinnya, hal itu akan lebih meningkatkan
partisipasi masyarakat serta terciptanya suasana kondusif dan meningkatkan
produktifitas warga masyarakat
itu sendiri.
Tujuan
pemantauan adalah mengawasi proses berjalannya tahapan Pilkada agar tidak
terjadi Pengurangan Kualitas Pelaksanaan Pilkada dan pengaruh terhadap peserta
Pilkada yaitu Pasangan Calon Kepala Daerah juga Partai Politik yang mendukung
pasangan tersebut dan bahkan Lembaga pemantau meliputi para anggota KPUD dan
Jajarannya, Pemerintah Daerah dan DPRD, Parpol, Panwasda, Kepolisian dan
Kejaksaan Negeri. Agar tidak terjadi konflik yang terjadi setelah proses
pemilihan berlangsung kiranya kita perlu meredam potensi konflik khususnya di
wilayah Papua.
Maka
dalam hal ini pengamanan dan pengawasan dipandang perlu untuk mencegah terjadinya kecurangan Many Politik (Politik Uang)
dan atau Dokumen Palsu (KTP, Izazah, Domisili) Penyuapan pada tahapan
Pemilu/Pilkada misalnya pada pendaftaran
dan penetapan Calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah maupun pada waktu kampanye dimana sering terjadi materi kampanye yang tidak mendidik, contoh : menjelek-jelekkan pasangan
lainnya, Kampanye hitam (Blak campaign),
menghina seseorang, menggunakan kekerasan
dan mengganggu keamanan
bahkan menggunakan sarana/fasilitas
Ibadah dan Fasilitas
Umum dan lain-lain yang sudah jelas-jelas terlarang dalam peraturan pelaksanaan kampanye secara terbuka maupun kampanye secara
tertutup.
Potensi kecurangan
dalam Pilkada di wilayah Papua akan tetap terjadi. Menurut Koalisi Kawal
Pilkada mencatat hampir seluruh persiapan Pilkada di Papua menuai
masalah. Menurut pengamatan anggota Perkumpulan Untuk Pemilu dan
Demokrasi (Pemilu) yang termasuk koalisi itu, Heroik Pratama, pihaknya
menemukan sejumlah potensi kecurangan pelaksanaan Pilkada.
Sebagai contoh di wilayah Waropen, ditemukan beberapa pelanggaran
penyebaran alat peraga kampanye. Sementara terindikasi ada oknum PNS
yang menjadi tim sukses bagi salah satu kandidat dalam mencari dukungan
dari simpatisan sebanyak-banyaknya pada saat ajang kampanye berlangsung.
Kami melihat belum ada penyelesaian serius terkait dengan keterlibatan
PNS yang ikut bermain menjadi tim sukses salah satu kandidat selama ini.
Timbulnya kecurigaan di wilayah Nabire terindikasi makin meningkatnya
prosentase mobilisasi pemilih dari masing-masing ketiga wilayah tetangga
saat pemungutan suara berlangsung, meliputi daerah-daerah seperti
Paniai, Dogiyai, dan Deiyai. Hal ini terungkap lewat fenomena pembuatan
KTP besar-besaran di Nabire selama proses pendaftaran pemilih.
http://www.jpnn.com/read/2015/12/06/343033/Mencurigakan!-Jelang-Pilkada-di-Papua,-Pembuatan-KTP-Melonjak-
Jika
dilihat dari pengalaman sebelumnya, Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada
Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 di
Nabire tercatat berjumlah 141.000 pemilih. Jelang pilkada 2015 ini,
terjadi lonjakan yang signifikan jumlahnya menjadi 186.000 pemilih.
Jumlah yang bertambah secara signifikan ini yang kemudian menimbulkan
kecurigaan.
Jadi kalau kita amati ada selisih 45.000 pemilih dalam rentang waktu
selama 17 bulan. Sementara itu, di wilayah Mamberamo Raya juga
disinyalir ada DPT bermasalah. Pada pemilu tahun lalu DPT di wilayah itu
sebanyak 21.000 pemilih. Jumlah ini membengkak pada 2015 menjadi 24.000
pemilih.
Berbagai temuan di atas mengarah pada tingkat kerawanan dan kecurangan
dalam pelaksanaan Pilkada di wilayah Papua. Karena itu sekecil apa pun
masalahnya, harusnya segera diselesaikan sehingga tidak menimbulkan
konflik.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, Polri sudah melakukan
back-up terhadap daerah rawan pada pelaksanaan Pilkada serentak. Sejak
Senin (30/12) lalu, Kapolri menyebut sudah ada anggota Polri khusus
untuk memback-up telah diterjunkan. "Memang ada beberapa daerah yang
perlu diwaspadai," ujar Badrodin, di Parkir Timur Gelora Bung Karno
Senayan, Jakarta, Ahad (6/12).
"Kalau permasalahan kecil sudah bisa dilakukan penanganan dengan
segera," kata Badrodin di Jakarta, Minggu (6/12).
Badrodin tak menampik ada sejumlah daerah yang rawan konflik. Dia
menyebutkan antara lain, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Jambi, Sumatera Utara.
"Ada beberapa yang diwaspadai," tegas dia.
http://www.pontianakpost.com/pilkada-serentak-siap-99-persen
Komisi Pemilihan Umum merampungkan persiapan pemilihan kepala daerah
serentak di 9 Provinsi, 224 kabupaten, 36 kota, pada 9 Desember 2015.
Perhelatan pesta Demokrasi terbesar sepanjang Republik ini berdiri
tersebut sudah 99 persen siap.
"KPU pada 269 daerah tersebut sampai saat ini secara kumulatif telah
siap 99 persen melaksanakan Pilkada serentak," ungkap Ketua KPU Husni
Kamil Manik saat rapat koordinasi akhir persiapan Pilkada serentak,
Minggu (6/12) di Jakarta.
Indikator kesiapan itu, antara lain, dari seluruh badan penyelenggara
terutama kelompok panitia pemungutan suara telah terbentuk di 269
daerah.
Pengiriman logistik diprioritaskan berdasarkan wilayah yang sulit dan
terjauh. Dia pun mengatakan, kondisi cuaca menjelang Desember menjadi
perhatian KPU untuk pengiriman logistik. "Karenanya koordinasi dengan
TNI, Polri dan pemerintah daerah secara intens terus dilakukan dengan
proses Pilkada tahun 2015 ini yang sudah mulai ramai dan gencar beredar
di tengah masyarakat.
Bahwa untuk tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran dan
kecurangan-kecurangan yang diduga dilakukan oleh Penyelenggara Pilkada
(KPUD, PPK, PPS, KPPS) maupun oleh Tim Sukses Para Pasangan Calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah serta simpatisannya, maka dipandang perlu
peranan untuk mengawal jalannya proses pilkada yang jujur dan adil.
Perlu kiranya Akuntabilitas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, baik
Administratif, Yuridis, Politis dan terutama Moral disampaikan langsung
kepada Masyarakat mengingat Masyarakat mempunyai andil dalam menentukan
Pemimpinnya, hal itu akan lebih meningkatkan partisipasi masyarakat
serta terciptanya suasana kondusif dan meningkatkan produktifitas warga
masyarakat itu sendiri.
Tujuan pemantauan adalah mengawasi proses berjalannya tahapan Pilkada
agar tidak terjadi Pengurangan Kualitas Pelaksanaan Pilkada dan pengaruh
terhadap peserta Pilkada yaitu Pasangan Calon Kepala Daerah juga Partai
Politik yang mendukung pasangan tersebut dan bahkan Lembaga pemantau
meliputi para anggota KPUD dan Jajarannya, Pemerintah Daerah dan DPRD,
Parpol, Panwasda, Kepolisian dan Kejaksaan Negeri. Agar tidak terjadi
konflik yang terjadi setelah proses pemilihan berlangsung kiranya kita
perlu meredam potensi konflik khususnya di wilayah Papua.
Maka dalam hal ini pengamanan dan pengawasan dipandang perlu untuk
mencegah terjadinya kecurangan Many Politik (Politik Uang) dan atau
Dokumen Palsu (KTP, Izazah, Domisili) Penyuapan pada tahapan
Pemilu/Pilkada misalnya pada pendaftaran dan penetapan Calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah maupun pada waktu kampanye dimana sering
terjadi materi kampanye yang tidak mendidik, contoh : menjelek-jelekkan
pasangan lainnya, Kampanye hitam (Blak campaign), menghina seseorang,
menggunakan kekerasan dan mengganggu keamanan bahkan menggunakan
sarana/fasilitas Ibadah dan Fasilitas Umum dan lain-lain yang sudah
jelas-jelas terlarang dalam peraturan pelaksanaan kampanye secara
terbuka maupun kampanye secara tertutup.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/albertgiay/potensi-kecurangan-dalam-pilkada-di-wilayah-papua_566528c85fafbd2a074bc781
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/albertgiay/potensi-kecurangan-dalam-pilkada-di-wilayah-papua_566528c85fafbd2a074bc781
0 komentar: