6,17 Juta orang buta aksara
presentase terbanyak di Papua
Meskipun terus
berkurang, hingga September ini masih ada sekitar 6,17 juta orang dewasa di
Indonesia yang buta aksara. Oleh karena itu, upaya pemberantasan buta aksara
terus dilakukan, terutama di daerah-daerah dengan jumlah penyandang buta aksara
yang tinggi.
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada puncak peringatan Hari Aksara
Internasional ke-49 tingkat nasional bertema ”Aksara Membangun Keadaban dan
Keunggulan Pembangunan Berkelanjutan”, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu
(21/9), mengatakan, penguatan keaksaraan dasar bagi semua warga Indonesia
sangat penting untuk mencegah munculnya penyakit sosial yang menghambat
kemajuan pembangunan. Dengan penguatan pendidikan keaksaraan dasar, lalu
diperkuat dengan literasi dalam pemanfaatan informasi, Indonesia siap mengatasi
masalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban.
”Peningkatan
kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh pendidikan, kesehatan, dan
pendapatan per kapita. Namun, pendidikanlah yang menjadi penggerak utama untuk
meningkatkan kesehatan dan pendapatan per kapita. Oleh karena itu, kita harus
membebaskan semua warga negara dari buta aksara dengan memberikan pendidikan
yang baik, dari segi akses ataupun kualitasnya,” papar Nuh.
Hamid
Muhammad, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud),
mengatakan, sesuai komitmen dunia, Indonesia juga didorong untuk menyelesaikan
pemberantasan buta aksara pada 2005.
Komitmen
Indonesia dinilai dunia cukup pesat dalam menurunkan jumlah penyandang buta
aksara. Pada 2005, jumlah penyandang buta aksara di Indonesia mencapai sekitar
15 juta orang.
Masif
Hamid
menambahkan, pemberantasan buta aksara secara masif dilakukan dengan memperkuat
pendidikan nonformal, seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), sanggar
kegiatan belajar (SKB), dan taman bacaan masyarakat (TBM). Pemberantasan buta
aksara ini juga dikombinasikan dengan program kecakapan hidup dan kewirausahaan
untuk meningkatkan kesejahteraan warga belajar.
Berdasarkan
buku Peta Sebaran Penduduk Tuna Aksara 2013 yang diterbitkan Kemdikbud, masih
ada dua provinsi yang angka tuna-aksaranya di atas 10 persen, yakni Nusa
Tenggara Barat (10,92 persen) dan Papua (30,93 persen). Selain itu, ada enam provinsi
yang memiliki penyandang tuna-aksara 5,0-9,9 persen dari jumlah penduduk, yakni
Bali, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Barat.
Gubernur
Sulawesi Tenggara Nur Alam mengatakan, penurunan penyandang tuna-aksara di
Sulawesi Tenggara memang masih di bawah capaian rata-rata nasional. Akan
tetapi, pemerintah daerah berkomitmen meningkatkan anggaran untuk meluaskan
pelayanan pendidikan keaksaraan bagi warga yang masih buta aksara.
Pada
peringatan Hari Aksara Internasional itu, pemerintah juga menyerahkan berbagai
penghargaan bagi upaya penurunan tuna-aksara di Indonesia. Penghargaan
diserahkan kepada tiga gubernur dan 10 bupati/wali kota yang berkomitmen
mendukung percepatan penuntasan buta aksara di daerahnya masing-masing.
Penghargaan
juga diserahkan kepada peserta didik program keaksaraan, wartawan/masyarakat
umum, pegiat TBM, PKBM, dan SKB. Selain itu, ada juga acara pameran pendidikan
luar sekolah.
0 komentar: