Dari Papua, Lahir Ambisi Indonesia Jadi Produsen Sagu Dunia
Indonesia berpotensi menjadi produsen sagu terbesar di dunia. Terlebih terdapat lahan tanaman sagu terluas di dunia di tanah Papua.
Perusahaan BUMN kehutanan, PT Perhutani (Persero) tengah membangun pabrik sagu sebagai bisnis baru Perhutani. Ini dilakukan setelah mendapatkan restu dari pemerintah dan Kementerian BUMN untuk mengelola lahan seluas 15.000 hektar di kawasan Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan.
Nantinya pabrik mulai beroperasi pada Maret 2015 dengan kapasitas produksi 30.000 ton sagu per tahun.
"Dengan investasi sekitar Rp 112 miliar, pabrik ini akan menjadi pabrik sagu modern pertama di Indonesia," ujar Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto kepada wartawan, Sorong, Kamis (4/9).
Menurut Bambang, pembangunan fisik pabrik sudah mencapai 60 persen, selanjutnya tinggal penyelesaian pemasangan mesin pengolahan dan mesin boiler serta instalasi listrik.
Pada tahap awal yakni 2015, kapasitas produksi ditaksir 25 persen, 2016 meningkat menjadi 50 persen dan memasuki kapasitas penuh pada 2017.
"Kebutuhan sagu nasional saat ini mencapai 5 juta ton per tahun," jelas dia.
Dengan pengembangan pabrik sagu otomatis menjadi bagian dari industri nasional. Dengan begitu pihaknya percaya diri, produksi sagu Perhutani tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri tapi juga bisa diekspor untuk mendatangkan devisa.
"Pasar ekspor potensial sagu terutama negara-negara di ASEAN dan termasuk Jepang," ungkapnya.
Sebagai informasi, sagu dengan nama latin Metroxylon Sp ini adalah tanaman asli Indonesia yang menjadi sumber karbohidrat utama yang dapat digunakan untuk makanan sehat, bioethanol, gula untuk industri makanan dan minuman, pakan ternak, industri kertas dan farmasi dan lainnya.
"Kami siap bermitra dengan masyarakat tempat pabrik sagu berlokasi untuk mengembangkan perekonomian di wilayah itu. Selain mengolah Perhutani juga memberikan pengetahuan soal pengembangan tanaman sagu yang produksi," ungkapnya.
Kualitas pohon asal Papua cukup terkenal dengan Sagu Raja, yang bisa menghasilkan sagu hingga 900 kilogram per batang. Berbeda dengan pohon sagu asal Malaysia yang rata-rata menghasilkan tepung sagu maksimal 250 kg per batang.
"Selama ini petani sagu seperti di Papua, hanya sanggup mengolah satu batang sagu selama dua minggu, namun dengan kemitraan ini hasil tanaman sagu penduduk bisa langsung diolah dengan waktu singkat," tutup dia. (merdeka)
0 komentar: