Mengenal lebih dekat sosok Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI, Drs. Christian Zebua, M.M., gaya kepemimpinannya di Papua.
Sosok
Pangdam XVII/Cenderawasih ini tidak asing lagi, Mayjen TNI Drs. Christian
Zebua, MM., Pasalnya beliau pernah menjabat sebagai Dandrem Sorong. Kiprahnya di
Bumi Cenderawasih tidak diragukan lagi. Karena Dedikasinya yang cukup tinggi, setelah
itu menjabat sebagai Kadispenad, kemudian dipercaya kembali memimpin di Papua
pada tahun 2012, dia menjabat sebagai Pangdam XVII/Cenderawasih. Sosok beliau
memiliki ciri bekerja dengan manajemen terbuka, komunikatif dan beliau
bertanggungjawab atas tugas yang dilakukan. Pendekatan secara budaya, agama dan
kesetaraan yang dilakukan guna “merebut hati
dan pikiran rakyat” khusunya reken-rekan yang masih berbeda paham
dengan mengedepankan Soft power.
Wakapolda
Papua yang sudah menjabat sejak tahun 2011, baru melihat gaya kepemimpinan
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Christian Zebua di Papua. Pasalnya,
kepemimpinan Panglima Zebua membuat paradigma baru tentang bagaimana seorang
pemimpin di Papua ini, bahkan cukup mengetahui dan mengenal situasi yang terjadi
di Papua.
“Yang
saya rasakan dan saya lihat, bapak Panglima sedikit ada perbedaan dalam
kepemimpinannya, beliau membuat paradigma baru tentang bagaimana seorang
pemimpin di daerah, tugas dan tanggungjawabnya selalu melekat harapan bangsa
dan Negara,” katanya.
Disisi
lain, ia menilai kepemimpinan Pangdam Zebua lebih mengedepankan humanisme dan
hal-hal yang bersifat kemanusiaan dan juga membantu pasukan polri dalam
kegiatan sosial masyarakat umum.
Bahkan
Pangdam selalu tegas dengan kelompok yang mengatasnamakan organisasi tertentu
di Papua ini, dan orang-orang yang melakukan aksi kekerasan terhadap
masyarakat. “Menghadapi organisasi selalu mendukung aparat kepolisian untuk
membuat situasi aman dan kondusif,” katanya.
Tugas
yang dilakukan Pangdam Zebua benar-benar merasa memiliki sehingga pemikiran
selalu sepaham dengan para tokoh dan seluruh masyarakat yang ada di tanah
Papua, walaupun masih ada sebagian kecil yang bertentangan dengan gaya
kepemimpinannya.
Tak
hanya itu, menuru Wakapolda Papua, kepemimpinan Pangdam di Papua bisa memainkan
manajemen sedemikian rupa. Mulai dari jajaran Kodam sampai di Kodim-kodim
jajaran, bahkan sampai di koramil-koramil. “Kami merasakan gaya kepemimpinan
itu,” imbuhnya.
Salah
satu contoh yang tidak bisa dia lupakan ketika Panglima Zebua “Ditandemkan” bersama-sama dengan
mantan Kapolda, Irjen (Pol) Tito Karnavian bagaikan saudara dalam melakukan
pengamanan. Bahkan mereka diistilahkan, ketika Panglima turun ke daerah
dianggap seorang Kapolda dan bapak Kapolda turun ke suatu wilayah juga dianggap
sebagai Panglima.
“Artinya
beliau bisa masuk ke Markas kepolisian dan bisa masuk ke markas TNI untuk
memberikan arahan dan juga memberikan motivasi-motivasi kepada prajurit
dilapangan agar bersinergi dalam melaksanakan tugas dilapangan,” paparnya.
Kemudian,
lanjut Wakapolda Papua, Pangdam Zebua selalu menurunkan prajuritnya ketika
polisi meminta bantuan dalam bantun pengamanan apapun. Permintaan pengamanan
tidak secara formal, akan tetapi bagaimana sesegera mungkin situasi yang
terjadi bisa diredam baru dilakukan sinergitas dengan meminta para tokoh dan
pihak lain untuk melakukan pertemuan.
Jadi
polisi tidak khawatir jika meminta bantuan kepada TNI dalam penanganan setiap
konflik yang terjadi di Papua. “Pangdam Zebua tak membuat khawatir kami dari
pihak kepolisian, khususnya dalam penanganan konflik di Papua ini sehingga
begitu ada kejadian melakukan koordinasi sementara yang selanjutnya langsung
bergerak dan membagi tugas untuk menangani konflik tersebut,” ujarnya.
Salah
satu contoh yang dilakukan Pangdam dalam membantu aparat kepolisian, pada saat
Pemilihan Gubernur yang tertunda, dan pemilukda yang tertunda. “Pemilukada ini
bisa ditangani secara cepat tanpa ada konflik yang berkepanjangan. Hal seperti
ini, TNI dan Polri kuat dan menyatu atas tugas yang dilakukan di lapangan.
Meski
Pangdam XVII/Cenderawasih sudah mengakhiri jabatannya, namun Wakapolda Papua
berharap siapapun pemimpin di Papua memerlukan pemahaman yang utuh. Soal gaya
atau cara kepemimpinan, itu merupakan ciri masing-masing manusia secara
individu. “Kita hanya berharap pemimpin
yang bertugas di Papua bisa lebih baik dari sebelumnya. (Dikutip dari Bintang
Papua.com)
0 komentar: